Katuk merupakan tanaman dengan genus sauropus yang banyak tumbuh di wilayah Asia Tenggara. Tanaman katuk termasuk ke dalam salah satu jenis sayuran indigenous yang memiliki ragam manfaat. Salah satu manfaat dari katuk yang telah dikenal oleh masyarakat luas ialah mampu memperlancar produksi ASI pada ibu menyusui.
Daun dari katuk biasa digunakan sebagai pengganti bayam pada masakan sayur bening atau bahan masakan dan olahan lain sesuai selera dan kebiasaan di masyarakat.
Cara Mudah Budidaya Katuk

Cara paling mudah dalam membudidayakan tanaman katuk (Sauropus androgynus) ialah dengan penanaman setek batang. Hal tersebut dikarenakan tanaman lebih mudah bertunas dan berdaun, sehingga dalam jangka pendek tanaman sudah dapat dipanen.
Berbeda dengan penanaman menggunakan biji tanaman yang memerlukan waktu lebih panjang karena harus melalui proses perkecambahan sebelum munculnya tunas dan berdaun lebat.
Berikut merupakan syarat tumbuh dan tahapan budidaya katuk dengan setek batang:
a. Syarat Tumbuh
- Tanaman katuk mampu tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi
- Dapat tumbuh pada kondisi naungan dan berbagai jenis tanah. Tetapi lebih ideal apabila ditanam pada tanah subur, gembur dan banyak mengandung humus.
- Suhu lingkungan yang ideal untuk tanaman katuk yaitu 21-31o C
- Tingkat kelembaban ideal sekitar 50-80%
- Tanah memiliki drainase dan aerasi yang baik dengan pH ideal 5.5-6.5
b. Tahapan Budidaya

1. Pengolahan Tanah
Penanaman bisa dilakukan di atas bedengan dengan lebar 2 meter, sedangkan untuk panjang dapat disesuaikan dengan kondisi lahan. Jarak antar bedengan antara 40-60 cm. Jarak tanam yang digunakan sekitar 20 x 20 cm, ditanam secara berbaris. Pupuk kandang dapat diberikan dengan dosis 30 ton/ha sebelum dilakukannya penanaman.
Perlunya diperhatikan struktur tanah untuk tidak keras dan padat agar tidak menyebabkan setek patah ketika penanaman dilakukan.
2. Penanaman
Proses penanaman dapat dilakukan dengan teknik monokultur atau pun tumpangsari. Hal yang membedakan dari kedua teknik tersebut ialah dalam penggunaan jarak tanam yang lebih lebar pada teknik tumpangsari yaitu kurang lebih 1-1.5 m x 1-1.5 m. Panjang setek yang digunakan sekitar 30 cm dengan menggunakan batang bagian bawah atau bagian batang tengah.
Sebelum batang setek di tanam, lebih optimal dicelupkan terlebih dahulu pada zat perangsang pertumbuhan akar (root up atau rootone f), agar akar lebih cepat tumbuh. Perlu diperhatikan mana bagian batang atas dan batang bawah pada setek agar tidak terbalik.
Bagian setek yang terbenam di dalam tanah ialah kurang lebih sekitar 12.5 cm .
3. Pemeliharaan
Tanaman katuk tidak memerlukan perawatan khusus, sehingga memudahkan proses budidaya yang dilakukan. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan cukup perawatan sederhana seperti pada tanaman pada umumnya. apabila hendak dilakukan pemupukan, gunakan pupuk Urea dengan dosis 30-50 kg / 1000 meter persegi.
Pengaplikasian pupuk dilakukan dengan cara ditebarkan di sela-sela barisan tanaman. sisanya ialah melakukan pengendalian gulma apabila diperlukan.
4. Pemanenan
Panen pada awal penanaman dilakukan pada saat tanaman berusia 2-2.5 bulan setelah penanaman dilakukan. Sedangkan untuk panen selanjutnya dapat dilakukan dengan selang waktu 40-60 hari sekali. Pemanenan ini dapat dilakukan kurang lebih sebanyak 5-7 kali dalam satu tahun.
sumber:
Santoso. 2013. Katuk, Tumbuhan Multi Khasiat. Bengkulu (ID). Fakultas Pertanian Unib.